Karia seni rupa pada tahun 2023 mengalami pergeseran tektonik yang luar biasa. Tahun ini ditandai dengan berakhirnya pandemi secara resmi, yang memicu ledakan kreativitas fisik sekaligus integrasi teknologi digital yang semakin dalam. Dari kebangkitan Kecerdasan Buatan (AI) hingga fokus yang semakin kuat pada isu keberlanjutan dan identitas lokal, 2023 adalah tahun di mana seni menjadi lebih vokal, eksperimental, dan inklusif.

Berikut adalah ulasan mendalam mengenai lanskap karya seni di tahun 2023, yang terbagi dalam beberapa pilar utama perkembangan artistik global dan Indonesia.
Oleh: MELEDAK77
Pada Tanggal: 30/12/2025
1. Disrupsi AI: Antara Ancaman dan Alat Kreativitas Baru
Tahun 2023 akan selamanya dikenang sebagai tahun di mana Artifical Intelligence (AI) benar-benar “menduduki” panggung utama seni rupa. Munculnya alat-alat seperti Midjourney v5, DALL-E 3, dan Adobe Firefly memicu perdebatan panas tentang definisi “seniman”.
Perdebatan Hak Cipta dan Orisinalitas
Banyak seniman konvensional di tahun 2023 menyuarakan kekhawatiran mengenai pengambilan data tanpa izin oleh mesin AI. Namun, di sisi lain, lahir sebuah gerakan baru di mana seniman menggunakan AI bukan untuk menggantikan proses melukis, melainkan sebagai alat kolaborasi. Karya seni AI tidak lagi sekadar gambar yang dihasilkan secara acak, tetapi menjadi media instalasi interaktif yang kompleks.
Karya Ikonik: Unsupervised oleh Refik Anadol
Salah satu momen seni digital terbesar tahun 2023 adalah pameran instalasi “Unsupervised” oleh Refik Anadol di Museum of Modern Art (MoMA), New York. Anadol menggunakan algoritma untuk memproses data dari koleksi MoMA selama 200 tahun, mengubahnya menjadi visualisasi abstrak yang terus berubah secara real-time pada layar raksasa. Ini membuktikan bahwa seni digital berbasis data memiliki tempat yang sah di museum paling bergengsi di dunia.
2. Seni Kontemporer Indonesia: Narasi Identitas dan Lokalitas
Di kancah domestik, seni rupa Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan kedewasaan dalam mengangkat isu-isu sosial dan lingkungan melalui bahasa visual yang kontemporer namun tetap berakar pada tradisi.
Kebangkitan Pameran Skala Besar
Tahun 2023 menjadi tahun kejayaan bagi pameran-pameran yang dapat diakses publik luas. Art Jakarta 2023 yang pindah ke JIEXPO Kemayoran mencatat rekor pengunjung dan transaksi. Ini menunjukkan bahwa pasar seni di Indonesia tetap solid dan minat masyarakat terhadap seni rupa sebagai gaya hidup semakin meningkat.
Sorotan Seniman: Entang Wiharso dan Isu Diaspora
Seniman kontemporer terkemuka, Entang Wiharso, terus mengeksplorasi tema identitas, perpindahan, dan hubungan manusia melalui pameran-pamerannya di tahun 2023. Karyanya yang menggunakan material logam dan kanvas besar sering kali menghadirkan figur-figur surealis yang mencerminkan ketegangan politik dan sosial, baik di Indonesia maupun secara global.
3. Seni Lingkungan dan Krisis Iklim (Eco-Art)
Seiring dengan semakin nyatanya ancaman pemanasan global, seniman di tahun 2023 banyak yang beralih menjadi aktivis lingkungan melalui karya mereka. Konsep Eco-Art atau seni berkelanjutan menjadi tren utama.
Material Ramah Lingkungan
Banyak seniman mulai meninggalkan cat minyak berbasis kimia atau plastik sekali pakai. Sebaliknya, mereka menggunakan pewarna alami, limbah laut, atau bahan-bahan yang dapat terurai secara hayati (biodegradable). Karya seni tidak hanya dilihat dari estetika visualnya, tetapi juga dari “jejak karbon” yang ditinggalkannya.
Instalasi Luar Ruang
Di berbagai belahan dunia, instalasi seni luar ruang berskala besar digunakan untuk menarik perhatian pada ekosistem yang terancam. Misalnya, proyek-proyek yang melibatkan penanaman pohon sebagai bagian dari patung hidup atau penggunaan sampah plastik yang diolah menjadi struktur arsitektural yang indah namun menyindir konsumerisme manusia.
4. Seni Imersif: Pengalaman Multisensori
Tahun 2023 juga menyaksikan popularitas pameran imersif yang mencapai puncaknya. Pameran seperti “Van Gogh Alive” yang sempat mampir di Jakarta, atau pameran imersif bertema “Seni Tradisional Indonesia”, menunjukkan bahwa publik kini mencari pengalaman seni yang bisa “dimasuki” dan “dirasakan”, bukan sekadar dilihat dari jauh.
Teknologi proyeksi pemetaan (mapping) dan suara 3D membuat karya seni klasik seolah hidup kembali. Meskipun beberapa kritikus menganggap ini lebih bersifat “hiburan” daripada “seni murni”, tidak dapat dipungkiri bahwa tren ini berhasil mendekatkan seni kepada generasi muda dan masyarakat awam.
5. NFT dan Evolusi Pasar Seni Digital
Setelah lonjakan besar (bubble) NFT pada tahun-tahun sebelumnya, tahun 2023 menjadi periode “pembersihan” di mana hanya proyek NFT dengan nilai seni asli dan komunitas yang kuat yang bertahan. Fokus beralih dari sekadar spekulasi harga menjadi kegunaan (utility) seni digital dalam dunia nyata dan virtual (Metaverse).
6. Penutup: Refleksi Seni di Tahun 2023
Secara keseluruhan, karya seni di tahun 2023 adalah tentang Ketahanan (Resilience). Di tengah gejolak ekonomi dan disrupsi teknologi, seni tetap menjadi ruang bagi manusia untuk memproses emosi, mengkritik ketidakadilan, dan merayakan kemanusiaan.
Seni rupa tahun 2023 mengajarkan kita bahwa teknologi (AI) tidak akan pernah bisa menggantikan “jiwa” atau pengalaman hidup seniman, tetapi justru bisa memperluas batas-batas imajinasi manusia ke arah yang sebelumnya tidak mungkin.

