S. Soedjojono: Bapak Seni Lukis Modern Indonesia yang Lukisannya Bikin Lo Nggak Bisa Cuek

lukisan Sindoedarsono Soedjojono
lukisan Sindoedarsono Soedjojono

Kalau lo lagi nyari sosok seniman Indonesia yang nggak takut beda, suka ngomong blak-blakan, dan karya-karyanya punya “isi”, maka lo harus kenalan sama Sindoedarsono Soedjojono. Nama panjang sih, tapi panggil aja S. Soedjojono—biar akrab.

Dia bukan cuma pelukis biasa. Dia itu semacam revolusioner di dunia seni rupa Indonesia. Orang ini nggak cuma bisa gambar bagus, tapi juga punya visi. Visi tentang seni, bangsa, bahkan tentang hidup itu sendiri. Nah, di artikel ini kita bakal ngebahas lebih dalam tentang karya-karya S. Soedjojono, yang udah jadi bagian penting dari sejarah seni rupa Indonesia.

Siapa Sih S. Soedjojono?

S. Soedjojono lahir di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta Timur) tanggal 14 Desember 1913 dan meninggal di Jakarta tanggal 25 Maret 1986. Beliau adalah salah satu pelopor seni lukis modern Indonesia. Nggak main-main, dia sering disebut sebagai “Bapak Seni Lukis Modern Indonesia”.

Yang bikin Soedjojono beda dari pelukis lain di masanya adalah cara dia melihat seni. Buat dia, lukisan itu bukan cuma soal keindahan. Tapi juga soal isi, jiwa, dan keberanian buat bercerita. Dia menolak gaya-gaya lukisan kolonial Belanda yang cuma fokus di “keindahan luar” doang.

Kata dia, “Lukisan yang baik adalah lukisan yang jujur, yang keluar dari dalam batin senimannya sendiri.

Lukisan-Lukisan Awal: Penuh Nasionalisme dan Realisme

Di masa awal kariernya, Soedjojono aktif banget dalam dunia politik dan perjuangan kemerdekaan. Gaya lukisannya pun nggak jauh dari situ: realistis, penuh semangat nasionalisme, dan menggambarkan rakyat biasa.

Contohnya:

  • “Di Depan Kelambu Terbuka” (1939)
    Lukisan ini menggambarkan seorang perempuan pribumi duduk dengan pandangan kosong. Tapi justru dari ekspresinya, lo bisa ngerasain penderitaan, harapan, dan kekuatan yang disimpan dalam diam.

  • “Kawan-Kawan Revolusi” (1947)
    Lukisan ini menampilkan wajah-wajah pejuang kemerdekaan. Bukan yang gagah bergaya poster, tapi wajah-wajah lelah, penuh peluh dan luka. Tapi justru di situlah kejujurannya.

Soedjojono emang jagonya menangkap emosi manusia dan suasana zaman. Dia lebih tertarik sama kenyataan di balik perjuangan, bukan dramatisasinya.

Gaya Lukisan yang Bikin Lo Berhenti dan Mikir

Kalau lo ngeliat karya Soedjojono di museum atau pameran, kemungkinan besar lo bakal berhenti sebentar, lalu mikir: “Ini lukisan kenapa dalem banget, ya?”

Yap, karena emang begitu cara dia berkarya. Gaya lukisannya bisa dibilang ekspresif realis. Nggak sekaku lukisan realis biasa, tapi juga nggak terlalu abstrak. Dia main di warna-warna berani, garis-garis kasar, tapi tetap mempertahankan bentuk manusia dan objeknya.

Contoh karya penting lainnya:

  • “Cap Go Meh” (1950-an)
    Menggambarkan suasana perayaan Cap Go Meh yang meriah tapi juga menunjukkan sisi sosial masyarakat Tionghoa di Indonesia saat itu. Jadi bukan cuma pawai dan barongsai, tapi juga cerita hidup yang tersembunyi di baliknya.

  • “Seko” (1970)
    Sebuah lukisan yang menggambarkan masyarakat pedalaman Sulawesi yang belum tersentuh modernitas. Lagi-lagi, Soedjojono bukan fokus ke eksotisme alamnya, tapi ke wajah dan jiwa manusianya.

Soedjojono Nggak Takut Kontroversi

Jujur aja, di zaman dia, banyak orang yang anggap Soedjojono ini kontroversial. Dia sering ngasih kritik keras ke pelukis-pelukis yang cuma ngejar teknik tinggi tapi nggak punya isi. Dia juga suka debat soal “apa itu seni Indonesia yang sejati?”

Salah satu momen paling terkenal adalah saat dia nulis esai berjudul “Seni Lukis Indonesia, Dulu dan Sekarang” di tahun 1946. Di situ dia bilang, seni lukis Indonesia jangan cuma jadi pengekor Barat atau terjebak eksotisme buat turis asing. Harus jujur dari hati, dari kenyataan masyarakat.

Bikin Organisasi dan Pameran: Nggak Cuma Lukis, Tapi Juga Bergerak

Soedjojono juga aktif banget dalam dunia organisasi. Dia salah satu pendiri Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) pada 1938, organisasi seni rupa modern pertama di Indonesia. Lewat Persagi, dia mendorong pelukis muda untuk keluar dari bayang-bayang seni kolonial dan berani berekspresi.

Selain itu, dia juga sering ngadain pameran—bukan cuma di Jakarta, tapi juga di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri. Karya-karyanya pernah dipamerkan di Belanda, Jepang, bahkan sampai Eropa Timur.

Lukisan Soedjojono di Pasar Seni: Mahal dan Dicari Kolektor

Meskipun dulunya Soedjojono dikenal sebagai seniman idealis, sekarang karyanya jadi incaran kolektor kelas kakap. Beberapa lukisan dia udah dilelang di rumah lelang internasional kayak Sotheby’s dan Christie’s dengan harga miliaran rupiah.

Contohnya:

  • Lukisan “Di Depan Kelambu Terbuka” pernah dilelang dengan harga lebih dari Rp 7 miliar!

  • Karya-karya lain kayak “Kawan-Kawan Revolusi” dan “Cap Go Meh” juga sering jadi rebutan.

Tapi ya, lebih dari sekadar duit, lukisan-lukisan ini punya nilai sejarah dan budaya yang tinggi banget. Mereka jadi saksi perjalanan bangsa Indonesia lewat sudut pandang yang jujur dan manusiawi.

Soedjojono dan Puisi: Pelukis yang Juga Penulis

Ternyata, Soedjojono bukan cuma piawai melukis, tapi juga nulis puisi dan esai. Tulisannya tajam, kadang sinis, tapi juga filosofis. Buku kumpulan esainya kayak “Cerita Tentang Saya dan Orang-Orang di Sekitar Saya” bisa bikin lo ngerti lebih dalam cara pikir dia tentang seni dan hidup.

Puisi-puisinya juga nyentuh banget. Nggak banyak basa-basi, langsung ke hati. Sama kayak lukisannya, puisinya juga bicara soal rakyat kecil, cinta tanah air, dan kejujuran.

Warisan Soedjojono: Lebih dari Sekadar Lukisan

S. Soedjojono mungkin udah wafat sejak 1986, tapi warisan seninya masih terasa sampai sekarang. Banyak pelukis muda yang terinspirasi dari dia. Bahkan beberapa kurator dan dosen seni masih menjadikan karya dan pemikirannya sebagai bahan ajar.

Museum Galeri Nasional Indonesia dan beberapa galeri swasta sering banget memamerkan lukisan-lukisan Soedjojono. Bahkan, keluarganya sempat bikin Museum Soedjojono di Depok, Jawa Barat, buat nyimpen dan nampilkan karya-karyanya secara eksklusif.

Kesimpulan: Karya S. Soedjojono Itu Cerminan Jiwa dan Bangsa

Karya-karya Sindoedarsono Soedjojono bukan cuma enak dilihat, tapi juga bikin kita merenung. Tentang siapa kita, tentang sejarah bangsa ini, dan tentang bagaimana seni seharusnya jujur pada kehidupan.

Kalau lo lagi capek liat seni yang “bagus tapi kosong”, coba liat lukisan-lukisan Soedjojono. Lo bakal ngerti gimana rasanya dilukis oleh realitas, bukan oleh mimpi-mimpi indah yang nggak nyata.

Dan mungkin, dari situ, lo bisa nemuin makna baru dari apa itu seni. Nggak harus indah, tapi harus jujur. Karena buat Soedjojono, kejujuran adalah bentuk keindahan yang paling sejati.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top